“Ikutlah gerilya denganku”
Pesan dari Jelajah Virtual #3 Museum Sasmitaloka
Sungguh sangat merinding bila membicarakan satu tokoh sederhana ini. Seseorang mantan guru dengan perawakannya yang kurus karena menderita TBC akut. Meski begitu, dialah orang yang paling membuat Belanda jengkel waktu itu. Berkali kali Belanda dibuat pusing oleh kepiawaiannya memimpin pasukan. Walau hanya dengan kondisi paru-paru satu, beliau bertekad bulat keluar masuk hutan, lewati ngarai dan lembah terjal hanya untuk mempertahankan nama TNI dan juga eksistensi Indonesia di mata dunia.
Dialah Panglima Besar Jendral Soedirman. Pahlawan yang terkenal dengan salah satu kalimatnya “Rakyat jangan menderita, biarkan kami pemimpin yang menderita” membuat hati rakyat jatuh cinta pada beliau. Setiap perjuangannya pasti akan mendapat dukungan penuh dari rakyat. Begitulah rasa cinta rakyat kepada pemimpin yang rela berjuang demi bangsa.
Nilai-nilai kepahlawanan beliau patut untuk dicontoh oleh generasi muda bangsa Indonesia. Tak terkecuali oleh pelajar Indonesia sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, untuk menyelami lebih dalam tentang beliau, Div. Adventure dan Lingkungan Hidup SC SMP IT Alam Nurul Islam menjelajahi Museum Sasmitaloka Jendral Soedirman yang berada Bintaran Kota Yogyakarta.
Dalam penjelajahannya, siswa yang bertugas sangat antusias untuk menghadirkan seluruh koleksi beserta cerita heroik yang ada di Museum ke rumah-rumah keluarga besar SMP IT Alam Nurul Islam melalui laman Youtube Sekolah Alam Yogyakarta. Meski hanya berdurasi kurang lebih satu jam, namun sangat membekas bagi para siswa, terlebih yang bertugas di lapangan. Dalam perjalanan nya turut memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, Jenderal Soedirman membuktikN kebenaran firman Alloh dalam QS Ae Ra’d : 11. “Tidak akan rubah nasib suatu kaum kecuali dengan usahanya”. Dengan semangat gerilya nya, Panglima mampu memepertahankan eksistensi TNI dan Indonesia dimata dunia. Indonesia tetap diakui masih ada, sehingga dalam sidang PBB tahun 1949 Belanda harus meninggalkan Indonesia.
Strateginya yang sangat hebat, membuat Belanda benar-benar kesulitan. Belum lagi dengan teknik penyamaran beliau bersama pasukan, sehingga sangat tidak terdeteksi oleh Belanda. Saking hebatnya saat penyamaran, sampai-sampai Soedirman tidak dikenali oleh pasukan TNI di wilayah Kediri. Beliau pun ditangkap oleh Pasukan TNI yang tak lain adalah anak buahnya. Akhirnya komandan Pasukan TNI yang menangkap pun sadar, bahwa yang ditangkap adalah Panglima Besar Jendral Soedirman.
Sebagai generasi bangsa, kita wajib meneladani perjuangan beliau. Hari ini, tentu tidak ada gerilya layaknya Jendral Soedirman, namun semangat gerilya tidak boleh padam. Gerilya hari ini dapat diartikan dengan menghadapi keadaan sesulit apapun demi cita-cita mulia, pantang menyerah demi ummat dan bangsa. Lalu, jika tawaran Soedirman kepada Soekarno sebelum berangkat bergerilya waktu digaungkan lagi, siapkah kita menyambut seruan sang Jenderal? Seruan itu berbunyi “ikutlah gerilya denganku…”
nr.sulaksono