Ngewot

Nge-wot adalah istilah dalam bahasa jawa, digunakan untuk menggambarkan kegiatan seseorang yang sedang berjalan meniti bambu. Berasal dari kata wot yang artinya jembatan, kemudian berubah menjadi kata kerja, ngewot. Sama seperti kata pit (sepeda) berubah menjadi ngepit (bersepeda).  Seiring perkembangan jaman, aktifitas ngewot sudah cukup langka. Aktifitas yang dulu sering dilakukan oleh masyarakat sampai era tahun sembilan puluhan. Di perkotaan, anak-anak Generasi Z sebagian besar mungkin saja tidak pernah melakukannya. Ada beberapa kemungkinan, pertama bisa jadi karena sungai-sungai kecil sudah tidak ada karena tertutup oleh cor beton untuk dijadikan jalan. Atau karena sudah banyak dibangun jembatan. Sehingga anak-anak tidak perlu lagi  meniti bambu untuk menyebrangi sungai. Kedua, tidak ada yang menarik dari aktifitas di sungai karena kesan yang timbul adalah kotor, bau, sampah dan limbah. Kemungkinan ketiga, mobilitas anak sekarang sudah teralihkan pada gawai, sehingga muncul istilah mager (males gerak).  Yang jelas, sudah jarang sekali anak-anak berjalan meniti bambu untuk menyebrangi sungai.

Aktifitas ngewot  sangatlah relevan dengan filosofi pendidikan. Ki Hajar Dewantoro, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia pernah menyebutkan adanya 4 filosofi pendidikan yaitu ; olah pikir, olah raga  olah rasa dan olah karsa. Ngewot merupakan aktifitas keterpaduan antara olah pikir, olah raga, olah rasa dan juga olah karsa. Pikiran dipaksa untuk berlogika dengan tepat. Memperkirakan jarak yang ditempuh, kecepatan, kekuatan bambu dan beban berat badan. Kemudian raga dituntut untuk prima saat meniti bambu, tetap istiqomah menjaga keseimbangan agar tetap berada diatas bambu. Pengelolaan rasa dalam hati juga sangat mempengaruhi orang yang sedang ngewot. Percaya diri dengan setiap langkahnya, berani menghilangkan ketakutan diri, keberanian mengambil keputusan dan juga sikap lapang dada siap menerima resiko. Sementara, karsa adalah bagaimana seseorang yang akan ngewot itu mempunyai tujuan. Mengelolanya untuk kebutuhan yang sangat prioritas, yaitu selamat sampai di sebrang sungai.

Di SMP IT Alam Nurul Islam dalam kondisi pandemi tetap berupaya menyelaraskan ke empat filosofi pendidikan tersebut. Tentu pelaksanaannya tetap dengan menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Dengan segala keterbatasan, upaya menyelaraskan keempat filososi itu juga dimaknai sebagai sebuah ibadah. Memberikan pendampingan belajar yang maksimal kepada anak-anak didik ditengah-tengah kondisi pandemi ini. Pembelajaran yang sudah hampir satu setengah tahun dilaksanakan secara daring, tentu membuat anak-anak mengalami kejenuhan. Dan juga membuat “nyaman” mereka untuk semakin mager. Penyelarasan olah pikir, raga  rasa dan karsa dilakanakan dalam bentuk aktifitas ngewot seperti yang sudah dibahas diawal. Anak-anak dengan jumlah terbatas diajak untuk berjalan meniti bambu menyeberang sungai disamping sekolah.

Setali tiga uang, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Dari aktifitas ngewot ini, selain untuk mengurangi kejenuhan pembelajaran secara daring,juga sebagai green therapy. Yang tak kalah penting, anak-anak dikenalkan dengan sungai. Salah satu sumber kehidupan yang kini keberadaan nya sangat memperihatikan. Melihat dengan mata kepala sendiri, akan lebih menyentuh anak-anak untuk bersikap. Harapannya adalah tumbuh tekad untuk bersama-sama menjaga sungai agar tetap bersih, minimal dengan tidak ikut mengotorinya. Satu hal terakhir yang menjadi pokok didalam melakukan aktifitas ngewot bagi anak-anak SMP IT Alam Nurul Islam adalah memaknai nya untuk kehidupan akhirat nanti. Mungkin dengan aktifitas ngewot diatas bambu bisa dengan mudah terlewati, kalaupun jatuh hanya tercebur di sungai dalam posisi sudah memakai pelampung. Lalu bagaimana dengan ngewot di jembatan shirotol mustaqim nanti? Jembatannya tidak selebar bambu, bahkan lebih tipis dari rambut.  Maka menjadi sangat penting bagi kita semua untuk terus memaknai di setiap rakaat sholat kita, bahwa kita selalu meminta ihdinash-shshirotol mustaqim.

 

nr.sulaksono

One thought on “Ngewot

  • 23/09/2021 pada 09:20
    Permalink

    MasyaAllah, tambah lagi nih pengetahuan dan kosakata/istilah jawa yg penuh makna 🙂

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *