Belajar dari Pak Diman – Sebuah Catatan Ekspedisi Karimunjawa #2

Dalam rangkaian ekspedisi kami di Karimunjawa, banyak sekali ilmu, wawasan, pengalaman dan juga hikmah yang bisa kami ambil. Meskipun demikian  sejatinya ilmu yang didapat tentu masih sangat sedikit dibanding ilmu dari Alloh, Yang Maha Ilmu,. “Seandainya pohon pohon dijadikan pena, dan lautan dijadikan tinta, ditambahkan lagi tujuh lautan (setelah kering) , niscaya tidak akan habis habisnya (dituliskan) kalimat kalimat Alloh. Sesungguhnya Alloh Mahaperkasa dan Mahabijaksana.” (QS Luqman : 27). Betapa sangat luas dan sempurnanya Ilmu Alloh.

Semenatara ilmu yang kita punya bahkan yang kita dapat saat Ekspedisi Karimunjawa itu sangat kecil, namun bukan berarti kita tidak mensyukurinya. Justru kita wajib mensyukuri ilmu yang kita dapat dari kegiatan tersebut. Barangsiapa bersyukur  maka Alloh akan menambah nikmatnya. Inilah yang membuat kami merasa sangat bahagia mendapat ilmu yang sedikit ini. Sehingga semoga nantinya Alloh meluaskan ilmu keoada kami. Ilmu yang sedikit ini kami dapat saat kami bertemu dengan Pak Diman, salah seorang pengrajin kapal di Karimunjawa.

Beliau adalah penduduk asli Karimunjawa. Kedua orangtuanya dari Jepara yang pindah ke Karimunjawa. Sejak kecil  beliau sudah hidup sebagai masyarakat pesisir. Latarbelakang inilah yang kemudian menjadika  pak Diman sangat paham betul tentang seluk beluk laut. Meskipun pernah beliau urbanisasi meninggalkan Karimunjawa untuk menuju Jepara, bekerja sebagai tukang mebel. Jepara memang terkenal dengan daerah penghasil mebel dengan kualitas bagus. Bahkan ukiran mebel dari Jepara sudah sangat mendunia. Pernah menjadi tukang mebel ternyata berguna sebagai modal beliau menekuni profesi pengrajin kapal.

Disela-sela waktunya, kami mengobrol dengan Pak Diman. Beliau tengah menggarap kapal Katamara pesanan orang Polandia. Kapal Katamara dinilai lebih stabil dan tenang ketika digunakan untuk melaut. Memiliki dua lambung kapal, sehingga mampu menjaga keseimbangan kapal. Gladak kapal juga menjadi lebih luas. Uniknya, Pak Diman tidak bisa berbahasa Inggris, hanya melihay gerak tubuh si pemesan, kemudian dia kerjakan. Sejauh ini tidak ada masalah berarti dari pemesan tentang proses pembuatan kapal.

Kapal Katamaran buatan pak Diman ini berkisar sekitar 110 juta.

Bahan baku kapal yaitu Kayu Blangiran. Kayu dari Kalimantan. Dinilai kuat terkena hantaman ombak dan juga hama-hama laut. Lalu muncul pertanyaan kami, kenaoa tidak pakai kayu jati? Apakah susah mendapatkannya? Atau masalah harga? Beliau lalu menjelaskan bahwa kayu jati tidak kuat terkena air laut, akan cepat rusak. Pembuatan kapal membutuhkan sekitar dua bulan. Setiap kapal membutuhkan rata-rata 6-7 kubik kayu. Ukuran kapal nelayan paling kecil sekitar 6 papan atau lebar sekitar 280 cm.

Beliau sudah menekuni profesi sebagai pengrajin kapal selama 20 tahun. Beliau memilih menjadi pengrajin karena beliau melihat di Karimunjawa sangat sedikit pengrajin kapal. Menurut pak Diman, hanya ada 5 atau 6 pengrajin kapal yang ada di Karimunjawa. Sementara, semua nelayan di Karimunjawa pasti membutuhkan kapal. Diusianya sekarang yang sudah mencapai 45 tahun, beliau tetap terlihat bugar. Beliau tidak pernah belajar formal membuat kapal. Bahkan, tidak tamat sekolah dasar. Pak Diman membuat kapal berdasarkan feeling. Rasa. Tidak menggunakan rumus atau teori. Otodidak. Tetapi jika dilihat dari hasilnya, sangat presisi. Buktinya adalah banyak orang, termasuk orang asing mempercayakan pembuatan kapalnya kepada pak Diman. Ini menandakan bahwa kapal buatan pak Diman sangat berkualitas.

Pak Diman pernah juga membawa kapal otok-otok dari Jepara ke Karimunjawa. Singkat cerita, ada seorang nelayan Jepara yang kapalnya rusak. Pak Diman diminta untuk memperbaikinya, alhasil kapalnya pun dinaiki dari Jepara ke Karimunjawa selama 8 jam melaut, dengan peralatan seadanya. Sesampainya di Karimunjawa kapal tersebut tenggelam didekat rumahnya. Kapal tersebut masih diparkir di pinggir pantai, didepan rumahnya. Kami oun sempat menyaksikan Alasan beliau melakukan itu adalah rasa tanggung jawab. Tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada orang yang telah mempercayainya.

Dari percakapan kami dengan Pak Diman, kami mencoba menggali hikmah yang dapat dipetik. Salah satunya dari Lubna, seorang peserta ekpedisi, siswi kelas 9 SMP IT Alam Nurul Islam. Setelah mendengar kisah dari Pak Diman, Lubna menyimpulkan tiga hal.
Pertama, Niat. Selama ada niat, pasti akan ada jalan. Kedua, menangkap peluang. Pak Diman mencontohkan bagaimana beliau bisa menangkap peluang, bahwa kapal adalah salah satu hal pokok bagi masyarakat pesisir Karimunjawa. Ketiga, mau belajar. Menurut Lubna, Pak Diman menjadi contoh orang yang mau belajar. Bukan masalah belajar formal maupun non formal. Tetapi kemauan untuk belajar, belajar dan belajar. Itulah yang membuat pak Diman menjadi “ahli” di bidangnya.

Semoga kita semua mamou mengambil hikmah semangat yang dimiliki pak Diman.

Belajar kapanpun…
Belajar dimanapun…
Belajar kepada siapapun…

Semoga Alloh Berkahi.

-NR-

admin

Menjadikan sekolah yang mampu menginspirasi siswa menjadi pembelajar ulung, mandiri, berkarakter islami dan berjiwa pemimpin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *