Sebuah catatan dari Ekspedisi Karimunjawa #2

Tiba di Jepara waktu dinihari, kami singgah di sebuah rumah makan di pinggir laut Pelabuhan Kartini. Perjalanan 6 jam lebih dari Jogja membutuhkan sedikit waktu bagi kami untuk istirahat sejenak. Perlu kondisi yang lebih segar untuk melanjutkan perjalanan berikutnya,  perjalanan laut. Perjalanan ini kami tempuh dalam rangka “Ekspedisi Karimunjawa 2022 SMP IT Alam Nurul Islam”.

Karimunjawa, pulau yang masuk wilayah Kabupaten Jepara ini menjadi tujuan kami, 67 siswa dan 6 pendamping SMP IT Alam Nurul Islam. Karimunjawa menjadi salah satu ari pembelajaran manajemen perjalanan, konservasi, sosial budaya, navigasi laut,  pengolahan ikan, pembuatan kapal dan juga belajar tentang sejarah.

Setelah 4 jam lebih melaut di atas kapal ferry Siginjai,  kami tiba di Karimunjawa. Sejak pertama sampai di Pelabuhan Timur Karimunjawa, kami merasa sangat antusias untuk mengeksplore pulau ini. Total ada 27 pulau di wilayah Kecamatan Karimunjawa dengan Pulau Karimunjawa merupakan pulau utama. Diantara banyaknya pulau tersebut, hanya ada 5 pulau yang berpenghuni. Tentu saja pulau Karimunjawa terbanyak penghuninya. Kurang lebih total penduduk di wilayah Kecamatan Karimunjawa sekitar 10.000 jiwa.

Singkat sejarah yang didapat dari anak-anak ketika mendengar penjelasan dari penduduk asli, Karimunjawa berasal dari kata Kremun (Jawa; Samar) . Karena benar, pulau Karimunjawa jika dikihat dari Pulau Jawa, akan terlijat samar-samar saja. Ini merujuk pada kisah Syeh Amir Hamzah (Putra Sunan Muria) yang diutus untuk menanam pohon Nyamplung di pulau yang samar-samar saat Sunan Muria melihat pulau dari Gunung Muria. Maka mulailah dikenal dengan Karimunjawa.

Dari pelabuhan kami menuju penginapan untuk makan siang dan istirahat sejenak. Perjalanan kami lanjutkan menuju ke Hutan Mangrove untuk menjelajah keindahannya. Sekaligus kami belajar  tentang konservasi mangrove. Apa manfaatnya bagi alam, bagaiamana mejaganya dan tentu kami ikut menanam mangrove. Ketika akan menanam, semua diingatkan untuk meluruskan niat. Bahwa menanam adalah bagian ibadah, karena tanaman yang tumbuh itu berdzikir. Maka setiap batangnya adalah dzikir. Burung yang hinggap juga dzikir. Kegiatan dilanjutkan dengan menikmati matahari terbenam di Pantai Alang-alang kemudian evaluasi bersama di Alun-alun Karimunjawa.

Setelah cukup isitrahat malam dan waktu memasuki subuh, kami semua segera menuju masjid Besar Karimunjawa untuk melaksanakan sholat. Usai melaksanakan sholat, kegiatan rutin kami adalah dzikir pagi, kemudian cek kondisi kelompok. Penting bagi kami untuk mengetahui semua kondisi rombongan, mengingat kegiatan ekspedisi Karimunjawa membutuhkan fisik yang harus prima. Setelah cek kondisi dilanjutkan eksplorasi Pasar dan Pelabuhan Barat(Khusus nelayan). Mengamati kehidupan sosial masyarakat Karimunjawa saat pagi hari.

Di hari kedua kami di Karimunjawa, kami belajar tentang konservasi  terumbu karang. Kami semua dibawa menuju ke tengah laut, untuk melakukan aktivitas snorkeling, melihat keindahan di dasar laut.
Mengamati terumbu karang dan biota yang ada. Pembelajaran berikutnya yaitu tentang konservasi tukik, si anak penyu. Belajar mengenai penyu, bagaimana melestarikannya dan juga apa yang menjadi ancaman-ancamannya. Kegiatan diakhiri dengan melepaskan tukik ke lautan lepas di Pantai Tanjung Gelam.

Hari ketiga, kami memulai pembelajaran dengan observasi ke Bukit Love. Mengamati pengunjung dan mencari tahu apa yang membuat pengunjung tertarik ke Karimunjawa. Selanjutnya, kami belajar kepada pengrajin kapal. Belajar tentang cara membuat, bahan dan teknik juga tentang nilai kehidupan dari sang pengrajin. Selain itu kami juga mengunjungi pengrajin souvenir kemudian dilanjutkan menuju ke Dermaga Timur untuk membuat konten komunikasi.

Kebiasaan kami selama di Karimunjawa adalah berkumpul selepas isya untuk melakukan evaluasi. Mengecek pembelajaran hari itu, menanyakan kondisi kesehatan, juga tak lupa mengawal target-target ibadah harian anak-anak. Sebagai ruh ekspedisi adalah penekanan tugas kita sebagai seorang Hamba Alloh dan pemakmur bumi. Maka perlu untuk kita bersama-sama menguatkan hal tersebut, setiap waktu.

Hari terakhir kami mengunjungi pengolahan krupuk ikan. Melihat langsung proses pembuatan krupuk ikan dan terpenting mendengar kisah hidup pembuat krupuk. Setelah selesai, akhirnya kami beberes barang bawaan. Bersiap untuk kembali. Sebelum kembali kami sempatkan kumpul untuk sharing pengalaman dan hikmah selama di Karimunjawa. Begitu banyak kisah yang di ceritakan. Kami pun juga terkejut dengan beberapa anak yang jarang berbicara, dia mampu mengungkapkan kisahnya dengan baik. Betul kata pepatah Ibnu Batuta : “Bepergian itu membuat anda tidak bisa berkata-kata, kemudian mengubah Anda menjadi pendongeng.”

Semoga kegiatan ini sebagai awalan bagi anak-anak untuk menjelajahi bumi, membawa kisah dan pengalaman yang hebat. Mengembangkan potensi diri untuk kemanfaatan ummat.

Selamat memulai petualanganmu berikutnya.

Semoga Alloh berkahi.
Aamiin..

 

-NR-

admin

Menjadikan sekolah yang mampu menginspirasi siswa menjadi pembelajar ulung, mandiri, berkarakter islami dan berjiwa pemimpin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *