Menapaki Puncak Gunung Api Purba Nglanggeran
Yogyakarta tidak hanya kaya dengan warisan budaya. Wilayahnya juga menyimpan banyak singkapan alam yang menjadikannya wilayah ideal untuk objek pembelajaran. Mulai dari Gunung Merapi di utara, perbukitan menoreh di barat, daerah karst di timur, hingga keberadaan gumuk pasir di pantai selatan. Nah ada satu objek yang tidak kalah menarik di Yogyakarta, yaitu Gunung Api Purba Nglanggeran.
Secara fisiografi, Gunung Api Purba Nglanggeran terletak di zona pegunungan selatan Jawa Tengah-Jawa Timur, tepatnya di subzona Pegunungan Baturagung (Baturagung Range) dengan ketinggian 700 meter dpal dan kemiringan lereng curam-terjal (>45%). Berdasarkan sejarah geologinya, gunung ini merupakan gunung api purba berumur tersier (Oligo-Miosin) atau 70 juta tahun yang lalu.
Keunikan Gunung Api Nglanggeran menjadikannya objek pilihan untuk kegiatan perpisahan kelas IX tahun ajaran 2013-2014 SMP IT Alam Nurul Islam. Ya! Kegiatan perpisahan kali ini diisi dengan mendaki Gunung Api Nglanggeran di Kecamatan Patuk, Gunung Kidul.
Sabtu sore, 7 Juni 2014 siswa kelas IX sudah berada di kaki Gunung Api Nglanggeran. Kegiatan diawali dengan Shalat Ashar di sebuah Masjid tak jauh dari pintu masuk kawasan Gunung Api Nglanggeran. Seusai shalat, seluruh siswa & ustadz/ah pendamping bersiap untuk memulai kegiatan pendakian.
Kegiatan pendakian dipandu oleh Ustadz Ryo, yang sudah berpengalaman mendaki ke Puncak Nglanggeran. Di Gunung Api Nglanggeran kita bisa menjumpai beberapa objek antara lain Gunung Kelir, Gunung Gedhe, Gunung Bunchu, Gunung Blencong, Gunung Lima Jari, dan Gunung Bagong. Gunung-gunung tersebut merupakan sebutan beberapa puncak yang ada di Gunung Api Nglanggeran. Selain itu ada Kawah Gunung Api Purba, Sumber Comberan, Song Gudel, dan Lorong Sumpitan.
Pendakian ke puncak dapat ditempuh dalam waktu 2 jam. Rute pendakian cukup terjal dengan kenampakan dominan berupa dinding batu raksasa sisa-sisa dari aktivitas gunung api purba di masa lalu. Selain itu kita juga melewati hutan alami yang tersisa di lereng Nglanggeran. Jika beruntung kita bisa menjumpai beberapa ekor satwa seperti kawanan kera dan beberapa jenis burung.
Kita akan menjumpai panorama alam yang menawan saat dalam pendakian di lereng maupun ketika sampai di Puncak Nglanggeran. Kita dapat melihat pemandangan embung di kawasan agrowisata Patra-Nglanggeran, deretan puncak Gunung Api Nglanggeran, Basin Wonosari, dan hamparan wilayah Kabupaten Sukoharjo, Klaten, dan sekitarnya. Selain itu jika pendakian dilakukan saat subuh atau sore hari, kita dapat melihat sunrise dan sunset.
Setelah menikmati pemandangan dan sunset di Puncak Nglanggeran, siswa kelas IX kembali turun. Menuruni lereng kali ini menjadi lebih beresiko karena hari sudah gelap, sehingga senter menjadi perlengkapan yang wajib di bawa saat pendakian.
Usai mendaki, perjalanan dilanjutkan ke Desa Putat tidak jauh dari kawasan Gunung Api Nglanggeran. Di sini, siswa kelas IX beristirahat di rumah keluarga Ustadz Ryo. Kondisi desa yang berbukit, jalan yang naik dan turun, serta suasana khas pedesaan menjadikan waktu istirahat ini terasa nikmat. Apalagi sembari istirahat, siswa dapat menikmati hidangan teh panas, kacang goreng, dan ubi rebus. Kalau sudah capek, makanan sederhanapun akan terasa sangat lezat. Mantaap…!
Selepas istirahat dan shalat Isya, acara dilanjutkan dengan tukar kado. Forum diawali dengan penyampaian kesan-kesan selama belajar di SMP IT Alam Nurul Islam. Tentu semua siswa memiliki kesan tersendiri selama belajar, dari siswa yang prestasinya selalu baik sampai siswa yang paaaliing sering dipanggil ustadz-ustadzah karena sering berulah. Yah… apapun semoga merupakan proses pembelajaran yang positif bagi semua. Seluruh siswa sudah membuktikan mampu lulus ujian nasional dan menyelesaikan pembelajarannya dengan baik.
Acara Tukar Kado
Setelah acara tukar kado selesai, seluruh siswa dan ustadz-ustadzah pendamping beristirahat. Penatnya pendakian ke Puncak Nglanggeran membuat semua terlelap. Istirahat memang harus dijaga, karena perjalanan belum usai.
Pukul 01.30 WIB semua siswa dibangunkan untuk Qiyamul Lail berjama’ah. Usai Qiyamul Lail siswa kembali melanjutkan perjalanan menuju embung Nglanggeran. Perjalanan kali ini dilakukan malam hari melewati kebun dan hutan di desa Putat dan sekitarnya. Rute perbukitan yang naik turun cukup menguras tenaga.
Jalan malam kali ini dipimpin oleh ustadz Anang. Ustadz Anang memberikan arahan apa saja yang perlu dilakukan siswa selama perjalanan. Perjalanan dibagi dalam beberapa etape. Etape I, seluruh siswa diwajibkan berjalan tanpa berbicara sedikitpun sambil memikirkan apa cita-cita yang hendak dicapai di masa depan.
Shalat Subuh dilakukan di sela perjalanan malam tersebut. Seusai shalat Subuh, perjalanan memasuki etape ke II. DI etape ke II, seluruh siswa diwajibkan jalan berpasangan sambil saling menceritakan semua cita-cita, target-target, dan harapan-harapan kepada teman perjalanannya sehingga masing-masing siswa saling memahami cita, target, dan harapan masing-masing.
Setelah pagi menjelang, siswa beristirahat sejenak sambil membaca dzikir Al Matsurat bersama. Dari tempat istirahat ini, kita sudah dapat melihat puncak Gunung Nglanggeran dengan jelas serta kilatan-kilatan kecil cahaya dari puncak yang menandakan ada rombongan lain di puncak yang sedang mengabadikan moment sunrise atau keindahan pemandangan sekitar.
Setelah membaca dzikir Al Ma’tsurat pagi bersama, perjalanan memasuki etape ke III. Di etape ke III, siswa bebas untuk menikmati perjalanan selanjutnya. Pemandangan pegunungan, hamparan sawah, hutan dan udara pagi yang menyegarkan menjadikan perjalanan terasa sangat menyenangkan. Etape III ini menjadi etape terakhir.
Setelah semua peserta mencapai garis finis di embung Nglanggeran, Ustadz Anang memberikan pemaknaan pada masing-masing tugas di tiap etape sebelumnya. Berakhirnya perjalanan sejak dini hari hingga berakhir di embung ibarat perjalanan hidup siswa kelas IX. Semua telah mencapai finish, namun perjalanan sebenarnya masih akan terus berlanjut. Seluruh siswa akan melanjutkan perjalanan hidup ke jenjang pendidikan selanjutnya untuk kemudian berusaha meraih cita-cita, target, dan harapan-harapan hidup yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk meraih cita-cita, target, dan harapan hidup diperlukan perencanaan tahap demi tahap untuk mencapainya. Dan ujung dari cita-cita, target, dan harapan-harapan itu tentunya tidak hanya berupa capaian hidup di dunia, melainkan capaian hidup di akhirat yang merupakan kehidupan yang sebenarnya.
Pelepasan bersama orang tua/wali
Acara perpisahan kelas IX diakhiri dengan pelepasan siswa kelas IX secara seremonial oleh pihak sekolah kepada orang tua/wali murid kelas IX. Ustadz/ah pendamping mengantarkan seluruh siswa untuk menemui orang tua/wali murid yang sudah menunggu di pendopo agrowisata Patra-Nglanggeran. Dalam acara pelepasan tersebut Ustadz Zuchri yang mewakili pihak sekolah meceritakan rangkaian perjalanan yang sudah diikuti siswa kelas IX dalam acara perpisahan tersebut serta secara seremonial menyerahkan kembali proses pendidikan seluruh siswa kelas IX dari pihak sekolah kepada orang tua/wali murid.
Selesai sudah pembelajaran di SMP IT Alam Nurul Islam. Saatnya melangkah menuju jenjang kehidupan selanjutnya. Namun, tentunya selesainya pembelajaran di SMP IT Alam Nurul Islam bukanlah akhir dari ikatan silaturahim yang sudah terjalin diantara seluruh siswa dan ustadz-ustadzah semuanya.
“Selamat jalan anak-anakku, semoga engkau sukses meraih cita-cita dan harapan hidupmu. Sempurnakan usahamu untuk menjadi generasi muslim yang sejati, sehingga mampu memberikan manfaat bagi umat. Lewat tanganmulah semoga kelak Islam bisa menjadi teladan bagi seluruh alam.”
kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah... (QS Ali Imraan : 110)
<Ard>