Soal Rindu Saja
Ada kenangan tersendiri bagi kami saat malam terakhir kegiatan Live In di dusun Waru, Girisekar. Yang paling diingat adalah malam itu bulan sedang cantik-cantiknya, purnama. Sinarnya jatuh dihalaman masjid, tepat didepan kami. Indah, meski sesekali tertutup oleh awan tipis. Tapi tetap saja cahaya datang menembusnya. Menambah suasana malam terakhir kami disini menjadi semakin syahdu.
Memang benar, purnama bukan sekadar penanda bahwa waktu sudah memasuki tengah bulan. Purnama selalu menyisakan cerita bagi siapa saja. Efek cahayanya selalu menambahkan bumbu pada setiap cerita.
Dibawah purnama, kami saling tukar cerita pengalaman baru yang didapat. Suka, duka, gembira, kecewa, atau bahkan cerita konyol selama kami di dusun ini. Semua kita tumpahkan. Dalam keseruan dan kehangatan bersama. Riuhnya bercerita, pelan pelan airmata pun jatuh. Sedikit rasa malu, wajah yang berpeluh airmata tertutupi oleh juntai jilbab. Rasa ini bercampur.
Kebersahajaan orang dusun ini kah yang membuat menangis?
Kami mengenang bagaimana mereka menerima kami, orang asing yang datang hanya sementara. Hitungan hari, tak sampai sepekan. Tetapi, mereka menyambut begitu hangat. Rela menemani kami belajar untuk mencari bekal bagi kehidupan kami. Bahkan, ada seorang bapak yang rela tidak bekerja, memilih untuk membersamai ‘anak sementara’nya.
“Lha wong ming pirang dino , biar saya temani” kata bapak itu dengan ketulusan.
Ada juga, gadis kecil yang merasa mendapat ‘kakak’ baru. Tidak mau ditinggal pergi, oleh kakak barunya. Kelak, esok harinya, sepulang sekolah dia menangis tersedu-sedu karena tau kakak barunya sudah pulang. Secarik kertas bergambar karya ‘kakak’ diberikan sebagai kenangan utuk gadis kecil.
Dimasjid sebelah, teman teman lain juga merasakannya. Air mata jatuh, bersama. Terharu berjamaah.
Bagaimana tidak menangis, mendengar cerita simbah yang sudah sepuh, tinggal sendirian, berkaca-kaca
mendengar esok hari ‘cucu baru’nya akan pamit undur diri. Kami pasti akan merindukannya.
Air mata ini hanya soal rindu saja. Rindu kami akan suasana live ini seperti ini. Merindukan kehangatan dan keramahannya. Merindukan kebersahajaannya.
Selain merindu akan hal tadi, air mata yang jatuh ini juga mempunyai alasan lain . Tetap saja : rindu. Pergi lima hari empat malam, membuat kami mulai rindu keluarga, rindu ayah ibu rindu untuk pulang.
Catatan Live In 2023
SMP IT Alam Nurul Islam Yogyakarta Angkatan 13
NR