Memaknai Sunyi, Belajar dari seorang Teman Tuli
Hari ini mungkin banyak diantara kita jarang sekali merasakan sunyi secara indera. Hidup sehari hari kita tidak akan jauh dari namanya bising. Pagi sudah mendengar mesin kendaraan yang sedang dipanasi. Siang mendengar suara lalu lalang jalanan. Bahkan ketika mau tidur pun kita mendengar bunyi gawai. Belum lagi suara kipas aus, suara mesin AC, suara klakson mobil, suara pesawat, atau mungkin suara kereta beserta klaksonnya.
Sunyi menjadi sesuatu yang langka bagi indera pendengaran kita. Pentingkah sunyi bagi kita? Lalu apa makna sunyi sebenarnya?
Untuk memaknai sunyi, kami siswa SMP IT Alam Nurul Islam Kelas VII belajar langsung kepada Mas Zaka, seorang Teman Tuli di wilayah Jogja. Beliau bersedia menjadi teman belajar kami. Beliau mengajarkan pada kami, bahasa isyarat. Bahasa tanpa suara. Sunyi.
Meskipun jika diresapi, kesunyian para teman tuli ini justru sangat meriah. Isyarat sederhana namun sangat luas maknanya.
Selain belajar bahasa isyarat, beliau juga menyampaikan kisah inspiratif. Perjalanan hidup beliau dari kecil hingga sekarang ditempuh dengan keterbatasan. Indera pendengarannya mengalami gangguan saat usia 2 tahun akibat demam tinggi. Kondisi ini tidak menyurutkan semangat dan tekadnya untuk menjalani hidup layaknya orang lain.
Beliau mengajarkan kepada kami tentang hidup penuh optimisme dan juga rasa syukur yang dalam atas anugerah Alloh SWT. Dengan keterbatasannya, beliau menunjukan kepada kami bahwa mimpi pasti bisa diraih. Beliau sedang meraih mimpinya, mempersiapkan diri untuk sidang ujian skripsi di ISI Yogyakarta. Selain itu, beliau juga membuka usaha kreatifnya berupa souvenir totebag dengan diberi lukisan karyanya. Usahanya diberi nama Creativeable Project.
Hdupnya yang sunyi secara indera, ternyata sangat riuh indah dalam hati. Seolah ada alunan irama yang tersusun harmoni dalam hatinya untuk menyelaraskan nada nada takdir Alloh atas kesederhanaannya. Tetap menyematkan syukur atas anugerah apapun yang diberikan Alloh. Menghidupkan sunyi dengan luasnya hati. Zuhud, meninggalkan keramaian.
Mari kita semua bersyukur..
nrs