Pada kegiatan City Adventure kali ini, siswa angkatan 13 menjadikan kota Solo sebagai tempat kegiatan. Sebelum berangkat, siswa berkumpul terlebih dahulu di stasiun Tugu Yogyakarta. Mereka mengawali kegiatan penjelajahan dengan membaca dzikir Almatsurat secara bersama-sama.
Setelah dzikir selesai, siswa yang berjumlah 86 anak tersebut mendapatkan pengarahan dari pendamping. Kegiatan pengarahan ini sekaligus sebagai pengecekan seluruh peserta dan juga pembagian bekal makanan.
Seluruh siswa kemudian bergegas memasuki gerbong kereta KRL untuk menuju ke Kota Solo. Di dalam gerbong kereta, anak-anak belajar tentang adab yang baik terhadap orang yang lain, misalnya memberikan tempat duduk kepada penumpang yang diprioritaskan, serta menahan diri untuk tidak membuat kegaduhan di dalam gerbong kereta yang merupakan fasilitas umum.
Seluruh siswa dibagi menjadi 2 rombongan. Rombongan pertama berhenti di stasiun Purwosari dan rombongan kedua berhenti di stasiun Balapan Solo. Tiba di stasiun, semua rombongan akan berdiskusi untuk melanjutkan perjalanan menuju destinasi pertama, yaitu Museum Keris. Di dalam perjalanannya membelah kota Solo, anak-anak hanya dibekali informasi yang minim terkait tempat-tempat yang akan mereka kunjungi. Selebihnya mereka akan belajar secara mandiri untuk menentukan arah perjalanan dan membagi tugas di masing-masing kelompok. Ada yang bertugas untuk bertanya tentang arah kepada setiap orang yang ditemui, ada juga yang bertugas memeriksa kondisi fisik serta kelengkapan dari masing-masing kelompoknya.
Menuju destinasi pertama yaitu Museum Keris. Jarak dari kedua stasiun menuju Museum Keris kurang lebih 2 km, mereka tempuh dengan berjalan kaki. Walau perjalanan mereka diiringi hujan, hal itu tak menyurutkan semangat untuk segera sampai di tujuan. Banyak hal yang bisa mereka dapatkan dari perjalanan ini, terutama menumbuhkan kekompakkan, rasa saling menjaga dan tolong menolong. Tiba di Museum Keris, anak-anak dipandu untuk mengenal warisan budaya bangsa Indonesia. Bagaimana sejarah keris, bagaimana cara pembuatannya, jenis-jenisnya dan kegunaan dari keris itu sendiri.
Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju destinasi ke-2 yaitu Museum Radya Pustaka yang tempatnya tak jauh dari Museum Keris. Di Museum Radya Pustaka, yang merupakan museum tertua di Indonesia, anak-anak diperkenalkan dengan koleksi-koleksi yang berkaitan dengan sejarah kota Solo, Keraton serta artefak kuno lainnya.
Selesai mengeksplor Museum Radya Pustaka, anak-anak kemudian diarahkan untuk salat dilanjutkan dengan makan siang bersama. Sesudah kegiatan isoma selesai, anak-anak mendapatkan pengarahan untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Anak-anak akan dibekali uang sebesar 10 ribu per anak sebagai biaya untuk kembali ke stasiun Balapan Solo. Anak-anak diberikan waktu untuk berdiskusi merencanakan perjalanan kembali ke stasiun Balapan Solo. Perjalanan menuju ke stasiun diarahkan untuk menggunakan moda transportasi tradisional, yakni becak. Anak-anak belajar untuk bernegosiasi agar mendapatkan harga ideal sesuai dengan jarak tempuh ke stasiun Balapan Solo. Meskipun demikian, ada juga anak-anak yang memilih jalan kaki menuju ke Stasiun dengan jarak 2 km.
Sebelum pulang kembali ke Yogyakarta menaiki KRL, di stasiun Balapan Solo anak-anak mendapatkan pengarahan terakhir sekaligus penutupan kegiatan dengan dzikir Almatsurat. Buah dari perjalanan ini anak-anak mampu secara mandiri untuk mengambil keputusan saat perjalanan di luar kota, meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan dengan segala resiko yang akan dihadapi, dan yang tak kalah penting adalah anak-anak sadar betapa pentingnya memiliki adab yang baik dimanapun tempatnya.
-F.A-