Apem

Kekayaan lokal di wilayah Yogyakarta memang sangat lah banyak. Kota yang dikenal dengan kota budaya ini menyimpan banyak keunikan sejarah, seni, arsitektur, tatakota dan juga termasuk kuliner. Salah satu kuliner yang sampai saat ini masih bisa ditemukan di sekitar masyarakat Yogyakarta adalah Apem. Makanan khas ini terbuat dari campuran tepung beras, parutan kelapa, tepung terigu, gula dan sedikit ragi. Dipanaskan dengan cetakan bulat pipih pada umumnya, digoreng dengan minyak.

Salah satu agenda Live In 2023, anak-anak SMP IT Alam Nurul Islam berkesempatan belajar langsung kepada pembuat apem yang ada di Dusun Waru. Adalah Bu Sarmi, seorang ibu warga RT 01 dusun Waru, sudah sejak lama menggeluti usaha makanan tradisional berupa apem, sagon, jadah, wajik, dan lain sebagainya. Beliau jajakan makanan tersebut di Pasar sekitar dusun Waru, Pasar Legundi dan Pasar Njawon. Setiap malam beliau mulai menyiapkan dagangannya, kemudian pagi hari beliau jual di pasar-pasar. Sehari beliau mampu menjual seratus buah per jenis makanan. Rata-rata harga jual makanannya seribu lima ratus rupiah.

Bu Sarmi bersedia mengajari anak-anak membuat apem. Seperti biasa, anak-anak pun mulai mencoba sendiri memanaskan apem diatas cetakan penggorengan. Menuangkan adonan, kemudian menjaganya agar tidak gosong. Sebenarnya apem bukan sesuatu yang sangat asing bagi anak-anak. Sebab makanan ini mudah dijumpai di wilayah jawa, apalagi di Yogya. Tapi, anak-anak sering tidak suka dengan makanan seperti ini. Seolah-olah tidak kekinian. Seakan-akan tidak keren. Tapi, karena anak-anak ikut berproses membuat apem, anak-anak mencoba membuatnya langsung dengan sang maestro, anak-anak mulai menyukai apem. Terbukti, anak-anak lahap menyantap apem hasil buatan mereka. Enak katanya. Bahkan, ada anak yang habis dua belas apem yang baru saja dibuat itu. Inilah pentingnya anak diajak ikut berproses. Sehingga mereka akan lebih menghargai sesuatu.

Selepas proses pembuatan apem, anak-anak kami ajak berdiskusi tentang asal usul nama apem. Apem ini merukan sarana dakwah wali songo dalam menyebarkan islam. Biasanya, orang dulu itu membuat apem berbarengan dengan ketan dan kolak. Maka disebut ketan kolak apem. Ini merupakan pergeseran pengucapan dari bahasa arab. Orang jawa mengucapnya Ketan Kolak Apem, tidak bisa mengucapkan dengan sempurna Khotoan, Qola, Afwan. Khotoan artinya salah, Qola bermakna katakan, Afwan maksudnya maaf. Jadi, jika salah katakan maaf. Mengingat manusia jawa adalah manusia simbolik, maka menjelang ramadhan biasanya orang jawa membuat makanan ini. Dibagi-bagikan sebagai simbol untuk meminta maaf kepada sesama tetangga.

Semoga bermanfaat
Semoga Alloh memberkahi kita semua
NR

admin

Menjadikan sekolah yang mampu menginspirasi siswa menjadi pembelajar ulung, mandiri, berkarakter islami dan berjiwa pemimpin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *