Rasa dalam Kata

“Akan ku pandang Kau dari balik sudut kabut” sebuah kalimat yang menjadi pembuka obrolan kami di dalam tenda, di Camp Area Gunung Prau. Tepat dibawah puncak gunung dengan ketinggian 2565 meter diatas permukaan air laut. Gunung yang menjadi primadona para pendaki, lantaran bonus puncaknya adalah menikmati matahari terbit dengan latar gunung-gunung gagah di tengah pulau Jawa. Gunung Kembang, Sindoro, Sumbing, Andong, Telomoyo, Ungaran, Merapi, Merbabu bahkan Gunung Lawu pun terlihat jika cuaca benar-benar cerah.

Pagi itu, kami menikmati pemandangan yang sangat indah, cerah bersahabat. Memanjakan mata atas  mahakarya sang Pencipta. Sungguh tidak ada yang sia-sia ciptaan Alloh Azza Wajalla. Meski hanya sebentar, karena kabut kembali menutupi pemandangan, kami putuskan untuk menunggu ditenda dengan menikmati minuman hangat sesuai selera. Kopi, susu, coklat, jahe atau teh manis. Sembari istirahat dan menikmati minuman hangat, kami mengisi waktu dengan mengekpresikan rasa dalam kata kata. Kata bisa mewakili rasa, tapi tidak semua rasa akan terwakili oleh kata. Ya, mendaki gunung adalah tentang rasa. Maka mari kita ekspresikan saja. Kami sepakat untuk membuat puisi bersama. Menyumbang kalimat demi kalimat. Jadilah sebuah puisi karya bersama, disela-sela minuman hangat kami.

—————
Lalai
Oleh : Tim Pedaki Gn. Prau Angkatan 12 SALYO

Akan kupandang Kau dari balik sudut kabut
Ditengah hamparan sejuk dibalik tenda
Bercengkrama dengan embun dan ilalang
Dalam kebekuan pagi ku tetap memujaMu

Mentari tersipu malu dipelukan awan
Laksana hujan telah menanti
Membekukan tulang belulang yang bertahan
Maafkan aku hanya mengingatMu dalam kepayahan

—————

Itulah mengapa, mendaki menjadi kegiatan yang menyenangkan. Secara tidak langsung, kita akan banyak belajar. Tentang apapun. Seperti halnya kegiatan tadi. Menyumbang kalimat agar menjadi sebuah puisi. Belajar bahasa Indonesia. Proses kreatif berpuisi. Hal ini bisa saja dilakukan didalam kelas  tapi ketika di lakukan di gunung, pemilihan kata menjadi lebih dramatis. Menemukan hal hal baru untuk dirubah menjadi kata atau kalimat. Menjadi lebih dekat dengan kenyataan yang dilihat.

Kalimat terakhir itu menjadi salah satu hikmah dalam pendakian ini. Sebagai pengingat kita, bahwa banyak manusia lalai, lupa mengingat Alloh dalam kondisi senang, bahagia. Tapi tidak sedikit manusia yang mengingat Alloh ketika berada dibawah, susah, payah, terpuruk. Seperti saat naik mendaki. Berat, dingin, payah membuat kita menyebut-nyebut namaNya.
Ya Alloh, kuatkan aku ya Alloh.
Ya Allloh… aarrrghh..
Ya Alloh…
Ya Alloh..
Dan lain sebagainya. Padahal Alloh menjanjikan pada kita semua, untuk mengingatnya dalam kondisi apapun. Itulah salah satu hikmah yang kita ambil dari pendakian Gunung Prau  17-17 Desember 2022 bersama angkatan 12 SMP IT Alam Nurul Islam.

Semoga Alloh berkahi..
Semoga menginspirasi..
Aamiin..

NR

admin

Menjadikan sekolah yang mampu menginspirasi siswa menjadi pembelajar ulung, mandiri, berkarakter islami dan berjiwa pemimpin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *