Jejak Kelud Di Yogyakarta

Webs-1_Gn Kelud

 

Jum’at, 14 Februari 2014 terasa sangat berbeda. Pagi itu waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB, namun suasana di Yogyakarta masih gelap gulita. Belum ada tanda-tanda pagi telah menjelang. Muncul berbagai pertanyaan melihat keanehan tersebut. Apakah telah terjadi gerhana matahari? Ataukah akibat letusan dasyat Gunung Merapi?

Satu jam berselang barulah tanda-tanda cahaya pagi mulai nampak. Nuansa putih pelan namun pasti mulai terlihat. Lingkungan sekitar telah diselimuti abu tebal, hujan abu pun masih turun dengan lebat. Terjawablah keanehan yang terjadi beberapa saat sebelumnya. Namun diluar perkiraan, bukan Gunung Merapi yang menjadi penyebab, melainkan Gunung Kelud yang di pagi itu telah meletus hebat.

Webs-2_Gn Kelud

Webs-3_Gn Kelud

Webs-4_Gn Kelud

Ruangan SMP IT Alam Nurul Islam yang tertutup debu vulkanik Gn. Kelud

Berdasarkan informasi dari media massa, Gunung Kelud telah meletus pada Kamis malam, 13 Februari 2014 pukul 22:50 WIB. Letusan dasyat diperkirakan telah memuntahkan lebih dari 120 juta meter kubik material letusan yang sebanding dengan jumlah material Gunung Merapi, namun dimuntahkan dalam waktu semalam saja. Sebagai pembanding, Gunung Merapi pada erupsi tahun 2010 diperkirakan telah memuntahkan material letusan sebanyak 150 juta meter kubik yang dimuntahkan dalam rentang waktu 1,5 bulan.

Webs-5_Gn Kelud

Webs-6_Gn Kelud

Ketebalan abu vulkanik mencapai 1 cm lebih

Abu vulkanik hasil erupsi gunung kelud tahun 2014 ini telah menutupi berbagai kota di Pulau Jawa. Di Yogyakarta, pengalaman akibat dampak erupsi Gunung Merapi tahun 2010 menjadikan masyarakat lebih siap mengantisipasi dampak erupsi gunung berapi termasuk erupsi Gunung Kelud kali ini. Pemerintah DIY meliburkan sekolah selama beberapa hari selama masa darurat akibat erupsi Gunung Kelud.

Webs-7_Gn Kelud

Webs-8_Gn Kelud

Debu vulkanik yang menutupi bunga dan buah-buahan

Webs-9_Gn Kelud

Webs-10_Gn Kelud

Webs-11_Gn Kelud

Berbagai jenis satwa juga tak luput dari terpaan abu vulkanik

Kondisi cuaca pasca hujan abu vulkanik yang cenderung panas dan berangin kencang menyebabkan abu vulkanik banyak beterbangan dan membahayakan kesehatan. Seringkali hembusan angin yang membawa banyak abu vulkanik ini membentuk kabut abu vulkanik yang cukup tebal.

Webs-12_Gn Kelud

Webs-13_Gn Kelud

Kabut abu vulkanik yang tertiup angin

Webs-14_Gn Kelud

Abu vulkanik yang menutupi badan jalan di depan SMP IT Alam Nurul Islam

Webs-15_Gn Kelud

Kondisi darurat bencana, aktivitas KBM di sekolahpun diliburkan

Hari pertama siswa kembali ke sekolah, kondisi lingkungan sekolah belum memungkinkan untuk kegiatan belajar mengajar. Hari pertamapun digunakan siswa dan Ustadz/Ustadzah untuk kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dari abu vulkanik.

Webs-16_Gn Kelud

Webs-17_Gn Kelud

Webs-18_Gn Kelud

Kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah dari abu vulkanik Gn. Kelud

Namun demikian, dibalik berbagai bencana alam yang dialami, selayaknya kita tetap harus bersyukur. Bagi para pembelajar ulung, bencana ini menghadirkan sumber pembelajaran yang sangat bernilai, langsung dari pengalaman yang nyata. Melalui bencana ini pula kita dapat bermuhasabah, kembali mengingat akan kecilnya diri kita dihadapan Allah SWT, kembali mengingatkan kita pada salah satu tugas utama kita selama hadir di bumi Allah ini yaitu menjadi sebaik-baik hamba Allah SWT.

…Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku… (QS Adz Dzaariyaat : 56).

(Ard)

admin

Menjadikan sekolah yang mampu menginspirasi siswa menjadi pembelajar ulung, mandiri, berkarakter islami dan berjiwa pemimpin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *