Mengenal Industri, Energi Alternatif, dan Lembaga Kemanusiaan


Hamparan tanaman tebu terlihat menghijau di seberang jalan sisi utara sekolah. Secara berkala, tanaman tebu ini diolah oleh sekelompok petani, yang datang dan pergi menggunakan bus sewaan. Terkesan tidak seperti petani umumnya yang datang mengolah lahan pertaniannya dengan berjalan kaki, sepeda, atau dengan traktor untuk membajak sawah. Ketika masuk masa panen, truk-truk pengangkut tebu pun datang dan pergi dengan tumpukan penuh tebu dibagian bak belakang. Kemanakah tebu-tebu itu dibawa?
Pertanyaan inipun terjawab saat siswa kelas VIII SMP IT Alam Nurul Islam mengikuti kegiatan kunjungan edukasi ke PT. Madubaru PG-PS Madukismo, Yogyakarta pada tanggal 27 September 2016. Disinilah semua tebu tersebut diolah menjadi gula dan alkohol/spirtus.

Perusahaan ini dibangun tahun 1955 atas prakarsa Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang diresmikan oleh presiden RI Pertama Ir. Soekarno. Pabrik Gula mulai memproduksi tahun 1958 dan Pabrik Spritus mulai memproduksi tahun 1959.
PT Madu Baru dibangun di atas lokasi Bangunan Pabrik Gila Padokan (satu diantara dari 17 pabrik gula di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibangun Pemerintah Belanda, tetapi di bumihanguskan pada masa Pemerintah Jepang), yang terletak di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta.
Status dari perusahaan ini adalah Perseroan Terbatas, didirikan tanggal 14 Juni 1955 diberi nama: “Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT”( P2G Madu Baru PT ), memiliki dua pabrik :
1. Pabrik Gula (PG) Madukismo
2. Pabrik Alkohol/Spirtus (PS) Madukismo

Setelah pengamatan proses pengolahan tebu di PT. Madubaru PG-PS Madukismo, siswa SMP IT Alam Nurul Islam melanjutkan pembelajaran ke Palang Merah Indonesia Cabang Bantul. Kunjungan ke PMI Cabang Bantul ini bertujuan untuk lebih mengenal peran dari PMI. Di PMI cabang Bantul, siswa mendapatkan penjelasan tentang tiga peran PMI yaitu terkait manajemen bencana, kesehatan, dan donor darah. Setelah pemaparan selesai, siswa beristirahat, dan Shalat Dzuhur di Masjid Agung Bantul yang lokasinya berdekatan dengan Kantor PMI Cabang Bantul.
Selanjutnya, siswa kelas VIII SMP IT Alam Nurul Islam mengadakan kunjungan edukatif ke SIDA (Model Sistem Inovasi Daerah) Pengembangan Energi Hibrid di Bantul, DIY.
SIDA (Model Sistem Inovasi Daerah) Pengembangan Energi Hibrid merupakan program kerjasama antara Kementerian Riset & Teknologi, Kementerian Kelautan & Perikanan, Lapan, E-Wind Energy, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul dan UGM untuk menyediakan Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid yang berada di Dusun Ngentak, Desa Poncosari, Srandakan, Bantul. Disebut energi hibrid karena menggunakan dua sumber pembangkit listrik yaitu tenaga angin dan tenaga surya. Pembangkit listrik ini dikelola bersama antara Tim Pengembang dan masyarakat sekitar.
Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid tersebut dibangun tahun 2010 di atas lahan seluas ±17 hektar dan beroperasi selama 24 jam. Pembangkit tersebut memiliki 2 Perangkat pembangkit yaitu kincir angin dan sel surya. Kincir angin yang ada berjumlah 33 unit dari berbagai jenis yaitu turbin angin 1 kilowatt sebanyak 28 unit, turbin angin 2,5 kilowatt sebanyak 6 unit, turbin angin 10 kilowatt sebanyak 2 unit, dan turbin angin 50 kilowatt sebanyak 1 unit. Sedangkan sel surya mempunyai kapasitas 17,5 kilowatt. Listrik yang dihasilkan dari kincir angin dan sel surya akan masuk ke dalam ruang integrasi, kemudian disimpan dalam baterai. Dari baterai listrik dirubah dengan inverter dari DC ke AC kemudian digunakan untuk berbagai keperluan.
Listrik yang dihasilkan dari pembangkit tersebut digunakan untuk operasional komplek pembangkit, penerangan jalan, pembuatan es balok yang dimanfaatkan nelayan untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan, dan pembuatan es kristal untuk konsumsi pedagang sekitar. Selain itu listrik yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk sumber energi pompa air untuk pengairan lahan pertanian sekitar yang dikelola oleh kelompok tani setempat. Model irigasi di lahan pertanian tersebut menggunakan sistem irigasi sumur renteng melalui pipa yang ditanam dalam tanah. Sistem ini diharapkan dapat menaikkan air pada saat musim kemarau atau ketika debit air sungai rendah. Selain untuk pertanian, air yang di pompa dengan pasokan energi listrik dari pembangkit tadi juga dapat digunakan untuk pengembangan perikanan air tawar yang juga dikelola masyarakat sekitar. Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid di Pandansimo ini menjadi model pengembangan sumber energi di daerah terpencil yang belum terjangkau aliran listrik dari PLN.
Setelah selesai belajar di SIDA Pengembangan Energi Hibrid, Kegiatan kunjungan edukasi ditutup dengan kegiatan santai di Pantai Kuwaru. Alhamdulillah.. ?

admin

Menjadikan sekolah yang mampu menginspirasi siswa menjadi pembelajar ulung, mandiri, berkarakter islami dan berjiwa pemimpin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *